Sunday, April 23, 2017

Tugas 3 kepemimpinan dalam perusahaan

Definisi Kepemimpinan

Menurut Hasibuan (2006) menjelaskan bahwa Definisi Pimpinan  adalah seseorang dengan wewenang kepemimpinanya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan. Dari defenisi tersebut di atas dapat diambil implikasi sebagai berikut : 
  1. Kepemimpinan menyangkut orang lain dalam hal ini bawahan atau pengikut, tanpa bawahan semua kualitas kepemimpinan menjadi tidak relevan. 
  2. Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang antara pimpinan dan anggota kelompok. Dalam hal ini, pemimpinan mempunyai wewenang dalam mengarahkan pekerjaan untuk tercapainya tujuan. 
  3. Pimpinan harus mampu mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku mereka sesuai dengan perilaku mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pimpinan. 
Hasibuan (2006)

Pentingnya kepemimpinan dalam perusahaan

Menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:
1) Dimensi yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktifitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinya.
2) Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksnakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.

Hadari Nawawi (1995:74)

Fungsi kepemimpinan dalam perusahaan
Sehubungan dengan kedua dimensi tersebut, menurut Hadari Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan, yaitu:
1. Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2. Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3. Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing.
4. Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh seorang pemimpin seorang diri.
5. Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.

Hadari Nawawi (1995:74)

Gaya kepemimpinan & Implikasi pada perusahaan
Menurut Dharma (2003) terdapat  4 (empat) gaya kepemimpinan yang terdiri atas: 
1.  Kepemimpinan Instruksi 
Gaya kepemimpinan yang sifatnya instruktif  dinamakan gaya bos karena gaya ini terutama dicirikan oleh komunikasi satu arah. Dengan gaya ini, pemimpin membatasi peranan bawahan dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, dan dimana melakukan pekerjaan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dilakukan pemimpin,  bawahan hanya melaksanakan tugas seperti yang telah diinstruksikan pemimpin. 

2.  Kepemimpinan Konsultasi 
Gaya kepemimpinan yang sifatnya konsultatif dapat disebut sebagai gaya dokter karena dengan gaya ini pemimpin banyak memberikan arahan dan mengambil hampir semua keputusan. Pemimpin mengambil keputusan dan berusaha menjual gagasan keputusannya kepada bawahannya. Pada saat yang sama pemimpin telah mulai membuka komunikasi dua arah dengan menyimak gagasan bawahan. Sekalipun demikian, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan masih dilakukan pemimpin. 

3.  Kepemimpinan Partisipasi 
Gaya kepemimpinan yang bersifat partisipatif dapat dinamakan sebagai gaya konsultan karena pemimpin mengikutsertakan bawahan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Dengan menerapkan gaya ini, pemimpin dan bawahannya bertukar pikiran dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Disamping itu, komunikasi dua arah ditingkatkan dan pemimpin lebih banyak mendengarkan dengan aktif. Pemimpin tidak lagi memberikan instruksi yang terinci. 

4.  Kepemimpinan Delegasi 
Gaya kepemimpinan yang sifatnya mendelegasi dapat disebut dengan gaya bebas karena pemimpin dan bawahan hanya mendiskusikan batasan masalah bersama-sama hingga tercapai kesepakatan. Selanjutnya, proses pengambilan keputusan di delegasi kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang mengambil keputusan pelaksanaan pekerjaan. Dengan gaya ini pemimpin memberi kesempatan luas bagi bawahan untuk melaksanakan tugasnya.

Dharma (2003)

Sumber :
http://www.landasanteori.com/2015/07/pengertian-kepemimpinan-peran-gaya.html?m=1
https://www.google.co.id/amp/s/blingjamong.wordpress.com/2014/02/07/kepemimpinan-fungsi-tanggung-jawab-dan-ciri-pemimpin/amp/

Tuesday, April 4, 2017

Tugas Softskill Kewirausahaan 2 Franchising

Pengertian Franchising
Waralaba (bahasa Inggrisfranchising; bahasa Perancisfranchise yang aslinya berarti hak atau kebebasan) adalah hak-hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun layanan. Sedangkan menurut versi pemerintah Indonesia, waralaba adalah perikatan yang salah satu pihaknya diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak dari kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Sedangkan menurut Asosiasi Franchise Indonesia, yang dimaksud dengan waralaba ialah:
Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa kepada pelanggan akhir dengan pengwaralaba (franchisor) yang memberikan hak kepada individu atau perusahaa untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu.

Definisi Franchising
Waralaba atau Franchising adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan suatu imbalan berdasarkan pada persyaratan yang ditetapkan oleh pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultasi operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba.
 ( Peraturan Menteri Perdagangan No 12. 2006 )

Bentuk-bentuk Kepemilikan Franchising
Menurut Mohammad Su’ud ( 1994:4445) bahwa dalam praktek franchise terdiri dari 4 bentuk :
1. Product Franchise  
Suatu bentuk franchise dimana penerima franchise hanya bertindak mendistribusikan produk dari petnernya dengan pembatasan areal.
2. Processing or Manufacturing Frinchise
Jenis franchise ini memberikan hak pada suatu badan usaha untuk membuat suatu produk dan menjualnya pada masyarakat, dengan menggunakan merek dagang dan merek franchisor. Jenis franchise ini seringkali ditemukan dalam industri makanan dan minuman.
Suatu bentuk franchise dimana PT Ramako Gerbangmas membeli dari master franchise yang mengeloia Mc Donald‘s di Indonesia yang hanya memberi know how pada PT Ramako Gerbangmas tersebut untuk menjalankan waralaba Mc Donald’s.
3. Bussiness Format atau System Franchise
Franchisor memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, seperti yang dilakukan oleh Mc Donald’s dengan membuat variasi produknya dalam bentuk paket.
4. Group Trading Franchise
Bentuk franchise yang menunjuk pada pemberian hak mengelola toko-toko grosir maupun pengecer yang dilakukan toko serba ada.
( Mohammad Su’ud. 1994:4445 )

Resiko Investasi dalam Usaha Franchise
  1. Waralaba yang masih baru dan belum teruji memiliki potensi kerugian yang lebih besar jika dibandingkan dengan waralaba yang sudah mapan dan teruji.
  2. Waralaba yang sudah mapan dan teruji punya sisi kelemahan, yaitu mereka sering mewajibkan biaya pendaftaran, fee, dan royalti, yang jauh lebih besar dibandingkan dengan waralaba yang masih baru dan belum teruji.
  3. Adanya pemberi waralaba yang kurang bonafid dan kurang modal sehingga dapat menghambat perkembangan usaha waralaba tersebut dan merugikan para penerima waralaba yang menjadi anggotanya.
  4.  Ada pemberi waralaba yang kurang berpengalaman dan memiliki sifat manajemen yang buruk sehingga dapat merugikan penerima waralaba.
  5. Beberapa waralaba, khususnya waralaba dari luar negeri ( waralaba asing ) menerapkan syarat keanggotaan yang sangat ketat dan mahal sehingga sulit diikiuti oleh para pelaku UMKM di Indonesia.
( Cita Yustisia Serfiyani, R. Serfianto D. Purnomo, Iswi Hariyani. 2015 )

SUMBER :
https://id.wikipedia.org/wiki/Waralaba
Saiman, Leonardus. 2014. Kewirausahaan - Teori, Praktik, dan Kasus - kasus Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat
http://zaramitha.blogspot.co.id/2012/02/bab-5-bentuk-bentuk-kepemilikanbadan.html
Serfiyani, Cita Yustisia, R. Serfianto D. Purnomo, dan Iswi Hariyani. 2015. Franchise Top Secret. Yogyakarta: Andi